Bagaimana mengenali gangguan tidur pada anak?
Waktu tidur pada anak dikatakan sudah bukan merupakan keadaan yang normal apabila:
- Anak bangun selama 3 kali atau lebih dalam satu malam atau beberapa malam. Atau sedikitnya empat kali dalam seminggu gangguan tersebut ada.
- Dalam aktifitas tidurnya diluar biasanya, anak berpindah tidur ke tempat tidur orangtua
- Anak menolak tidur sedikitnya 30 menit saat waktu tidur, untuk memulai tidur diawali sedikit marah atau gelisah.
- Dalam memulai tidur harus dibutuhkan bantuan orangtua padahal sebelumnya bisa tidur sendiri.
Selain itu, orangtua juga harus memperhatikan kondisi psikis anak dengan memperbaiki pola asuh, kualitas sentuhan, dan kenali temperamennya serta faktor lingkungan harus mendukung. Karena tidur merupakan perilaku yang dipelajari yang dapat dibentuk melalui rutinitas dan kebiasaan tidur yang baik.
Ilmu pengetehauan dan penelitian tentang masalah tidur pada anak, masih belum banyak terungkap. Sehingga masih belum jelas terungkap penyebab gangguan tidur pada anak. Berbagai dugaan dan asumsi berkembang dalam menyikapi gangguan tidur pada anak. Berbagai penyebab yang sering disebut adalah gangguan keadaan emosial-psikologi, demam yang tinggi, stres atau posisi tidur yang terganggu.
Penyebab
Menurut penelitian penulis gangguan tidur pada anak seringkali disebabkan karena insomnia Alergi makanan. Insomnia Alergi makanan adalah gangguan untuk memulai tidur dan mempertahankan kualitas tidur yang disebabkan akibat manifestasi atau respon karena alergi makanan.
Angka kejadian insomnia alergi makanan masih belum diketahui pasti, tetapi tampaknya gangguan ini sering dialami terutama pada usia anak dibawah usia 5 tahun terutama usia 2 tahun.
Penelitian yang telah dilakukan Widodo Judarwanto pada tahun 2004 yang telah diajukan dalam acara ilmiah internasional 24th International Congress of Pediatric Cancun Mexico 15-20 Agustus 2004, menunjukkan bahwa dari 64 anak dengan gangguan alergi makanan dan gangguan tidur, setelah dilakukan eliminasi makanan penyebab alergi selama 3 minggu, didapatkan perbaikan.
Berdasarkan penelitian, 97% anak perbaikkan dari pola tidurnya, didapatkan 42 (66%) anak mengalami insomnia food allergy, 12 (19%) anak dengan somnambulisme, 8 (13%) anak dengan night terror, 32(50%) anak dengan nocturnal myoclonus.
Somnambulisme adalah suatu keadaan perubahan kesadaran, fenomena tidur-bangun terjadi pada saat bersamaan. Sewaktu tidur penderita kadang melakukan aktivitas motorik yang biasa dilakukan seperti berjalan, berpakaian atau pergi ke kamar mandi, berbicara, menjerit, bahkan mengendarai mobil. Akhir kegiatan tersebut kadang penderita terjaga, kemudian sejenak kebingungan dan tertidur kembali. Ia tidak ingat kejadian tersebut.
Night terror biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur, dengan gejala tiba-tiba terbangun tengah malam disertai teriakan, kepanikan atau menangis disertai ketakutan dan kecemasan dengan menangis histeris dan pandangan yang mengarah ke satu titik seolah-olah takut akan sesuatu yang tak terlihat, pada kejadian seperti ini banyak sekali yang menghubungkan dengan hal-hal mistis. Penderita kadang terjaga tetapi mengalami kebingungan dan disorientasi. Pada saat serangan sulit dibangunkan atau ditenangkan.
Nocturnal myoclonus adalah keadaan di mana terdapat pergerakan periodik dari tungkai ke bawah ketika tidur.
Sejauh ini belum ada penelitian yang memastikan sebab akibat gangguan tidur bisa menimbulkan berbagai hal yang berbahaya. Berbagai penelitian menunjukkan anak dengan ganggan tidur sering disertai peningkatan perilaku seperti agresif, gangguan prestasi sekolah, emosi meningkat dan gangguan belajar. Sedangkan berbagai laporan ilmiah menunjukkan bahwa penderita alergi makanan juga sering disertai disertai dengan gangguan perilaku meningkat.
Berbagai perilaku meningkat yang sering dilaporkan sebagai berikut.
- Emosi meningkat
- Anak sangat aktif, tidak bisa diam
- Gangguan konsentrasi (yang berdampak pada pelajarannya di sekolah)
- Pada penderita Autism dan ADHD, saat terjadi gangguan tidur ternyata membuat gangguan perilaku juga meningkat
Gangguan pada organ tubuh penderita alergi yang diduga dapat mengganggu tidur anak sebagai berikut.
- Gangguan saluran cerna.
Nyeri perut pada anak yang mengalami gangguan saluran cerna karena alergi diduga sebagai penyebabnya. Namun sayangnya pada usia di bawah 2 tahun keluhan ini tidak bisa diungkapkan anak. Tetapi petunjuk klinis yang bisa diungkapkan sebagai nyeri perut, biasanya anak dengan gangguan perut tidak nyaman sering disertai posisi tyidur yang nungging (seperti orang sujud) atau tengkurap. Gejala saluran cerna biasanya berupa kembung, sering buang angin, muntah, sulit BAB. - Gangguan saluran napas
Hidung buntu, napas tersumbat, batuk dan sesak. Keadaan ini terjadi pada anak dengan rhinitis aleri dan asma. - Gangguan kulit.
Penderita dermatitis alergi sering timbul keluhan gatal pada malam hari. - Nyeri otot, tulang dan fibromyalgia.
Pada penderita alergi makanan sering mengalami nyeri otot dan tulang. - Gangguan aliran listrik di otak. Pada pemeriksaan EEG pada penderita alergi dan asma didapatkan aktifitas gelombang tertentu yang meningkat saat malam hari.
Pencegahan
Berilah susu pada anak Anda sebelum dia tidur karena susu mengandung zat tryptophan, yang dapat membuat anak-anak tidur nyenyak.
Selain itu, penghindaran makanan penyebab alergi pada anak harus dicermati secara benar, karena beresiko untuk terjadi gangguan gizi. Sehingga orang tua penderita harus diberitahu tentang makanan pengganti yang tak kalah kandungan gizinya dibandingklan dengan makanan penyebab alergi. Penghindaran terhadap susu sapi dapat diganti dengan susu soya, formula hidrolisat kasein atau hidrolisat whey., meskipun anak alergi terhadap susu sapi 30% diantaranya alergi terhadap susu soya. Sayur dapat dipakai sebagai pengganti buah. Tahu, tempe, daging sapi atau daging kambing dapat dipakai sebagai pengganti telur, ayam atau ikan.
Sumber : http://www.info-sehat.com
0 komentar:
Posting Komentar